Mahasiswi asal Aceh, tengah meniti studi Magister Sosiologi di Selcuk University, memberikan laporan dari Konya, Turki
BERBICARA mengenai hak hidup hewan, saya termasuk juga orang yang begitu peka pada berita-berita mengenai tingkah laku manusia yang sewenang-senang atau lakukan tindakan agresif pada hewan. Apa itu mengganggu, melukai, bahkan juga membunuh hewan tiada karena, arah, atau kebutuhan spesifik. Walau sebenarnya, hewan benar-benar tidak berdosa pada mereka. Memang dalam sehari-harinya ada banyak hewan berbentuk parasit buat manusia, ada juga beberapa masalah hewan yang melukai manusia. Akan tetapi, pantaskah kita menghakimi hewan-hewan itu tiada belas kasihan?
Jawabannya, pasti tidak. Hewan cuma dikasih satu insting untuk menyesuaikan serta lakukan perlindungan pada dianya. Hewan tidak dikasih akal seperti manusia yang berupaya menguasai kehidupan serta mencari keuntungan pribadi lalu menghalalkan semua langkah, termasuk juga menyakiti makhluk yang lain.
Saya demikian animo pada beberapa orang yang lakukan usaha animals resque serta mengabdikan dianya menjadi owners pada hewan-hewan telantar serta kritis di sekitar mereka. Lantas menjaga hewan-hewan itu dengan baik hingga mereka hidup serta tumbuh dengan wajar. Di banyak negara barat, terutamanya Eropa, hewan jadi teman dekat terunggul manusia. Hewan-hewan dijaga serta dikembangbiakkan dengan kasih sayang, bahkan juga seperti anak-anak mereka sendiri, termasuk juga di Turki.
Turki adalah salah satunya negara yang mempunyai toleransi serta kepedulian yang tinggi pada hewan. Perihal ini dibuktikan dengan usaha pemerintah dalam mengatasi masalah hewan-hewan telantar serta meningkatkan taktik yang baik dalam selamatkan hewan-hewan di lingkungan dan membangunkan rumah-rumah rehabilitasi buat mereka. Langkah ini dikerjakan mengingat jumlahnya masalah serta rumor lingkungan berkaitan keselamatan hewan-hewan dalam dunia.
Berdasar pada data statistik populasi pet ownerships atau hewan piaraan rumah tangga di Eropa, Turki salah satunya negara yang mempunyai populasi yang lumayan besar, didominasi oleh 3,4 juta kucing piaraan serta 1,1 juta anjing piaraan.
Bahkan juga bila kita berjalan-jalan ke Istanbul, kita akan begitu gampang temukan banyak hewan seperti kucing serta rata-rata dalam keadaan sehat serta tertangani walaupun kucing jalanan sekalinya. Masyarakat di Turki demikian perduli , cinta, serta tidak membiarkan hewan-hewan tidak bertuan kelaparan. Jodi Ettenberg, seseorang pengacara di New York yang melepas tugasnya menjadi penulis website lantas berkeliling-keliling dunia memerhatikan beberapa hal menarik, menjelaskan jika dia demikian ingin tahu pada kucing-kucing liar yang hidup bahagia di Turki. Kebanyakan orang disana demikian menghormati kucing, bahkan juga seorang mesti mohon maaf pada Tuhan jika telanjur membunuh seekor kucing dengan bangun satu masjid. Jadi tidaklah heran bila Turki dijuluki menjadi surganya beberapa kucing liar.
Berkaca dari sikap toleransi masyarakat Turki pada binatang, sepantasnya jadi pelajaran buat beberapa orang di luar sana yang masih tetap berburu hewan liar atau menelantarkan hewan-hewan dan menyakiti atau membuatnya komoditas perdagangan ilegal untuk kebutuhan beberapa pelaku yang tidak bertanggungjawab. Seperti jumlahnya masalah pembunuhan hewan liar, salah satunya gajah, untuk dibunuh serta diambil gadingnya. Atau beberapa orang yang masih tetap mengincar kucing atau anjing di jalanan dengan beberapa cara yang sadis untuk lalu dikonsumsi, lepas dari sisi keyakinan atau kultur yang diyakini oleh komune spesifik.
Kenyataan itu pada tingkatan spesifik jadi intimidasi buat kehidupan baik di muka bumi serta dari waktu ke waktu menimbulkan manusia beresiko (human risk). Seseorang tokoh pemikir sosiologi terkenal, Anthony Giddens, sudah memberikan deskripsi kuat mengenai bagaimana manusia membuat risiko-risiko yang merugikan, termasuk juga pada makhluk hidup yang lain.Tingginya dorongan untuk mengakumulasi keuntungan pribadi mengakibatkan manusia kehabisan akal sehatnya serta tunjukkan tingkah laku untuk mengincar atau membunuh hewan-hewan yang tidak berdosa untuk fakta ekonomi dan lain-lain.
Lantas pertanyaan saya, apa kita adalah sisi dari manusia beresiko atau mungkin manusia yang berperan membuat perlindungan makhluk hidup lainnya di seputar kita?
BERBICARA mengenai hak hidup hewan, saya termasuk juga orang yang begitu peka pada berita-berita mengenai tingkah laku manusia yang sewenang-senang atau lakukan tindakan agresif pada hewan. Apa itu mengganggu, melukai, bahkan juga membunuh hewan tiada karena, arah, atau kebutuhan spesifik. Walau sebenarnya, hewan benar-benar tidak berdosa pada mereka. Memang dalam sehari-harinya ada banyak hewan berbentuk parasit buat manusia, ada juga beberapa masalah hewan yang melukai manusia. Akan tetapi, pantaskah kita menghakimi hewan-hewan itu tiada belas kasihan?
Jawabannya, pasti tidak. Hewan cuma dikasih satu insting untuk menyesuaikan serta lakukan perlindungan pada dianya. Hewan tidak dikasih akal seperti manusia yang berupaya menguasai kehidupan serta mencari keuntungan pribadi lalu menghalalkan semua langkah, termasuk juga menyakiti makhluk yang lain.
Saya demikian animo pada beberapa orang yang lakukan usaha animals resque serta mengabdikan dianya menjadi owners pada hewan-hewan telantar serta kritis di sekitar mereka. Lantas menjaga hewan-hewan itu dengan baik hingga mereka hidup serta tumbuh dengan wajar. Di banyak negara barat, terutamanya Eropa, hewan jadi teman dekat terunggul manusia. Hewan-hewan dijaga serta dikembangbiakkan dengan kasih sayang, bahkan juga seperti anak-anak mereka sendiri, termasuk juga di Turki.
Turki adalah salah satunya negara yang mempunyai toleransi serta kepedulian yang tinggi pada hewan. Perihal ini dibuktikan dengan usaha pemerintah dalam mengatasi masalah hewan-hewan telantar serta meningkatkan taktik yang baik dalam selamatkan hewan-hewan di lingkungan dan membangunkan rumah-rumah rehabilitasi buat mereka. Langkah ini dikerjakan mengingat jumlahnya masalah serta rumor lingkungan berkaitan keselamatan hewan-hewan dalam dunia.
Berdasar pada data statistik populasi pet ownerships atau hewan piaraan rumah tangga di Eropa, Turki salah satunya negara yang mempunyai populasi yang lumayan besar, didominasi oleh 3,4 juta kucing piaraan serta 1,1 juta anjing piaraan.
Bahkan juga bila kita berjalan-jalan ke Istanbul, kita akan begitu gampang temukan banyak hewan seperti kucing serta rata-rata dalam keadaan sehat serta tertangani walaupun kucing jalanan sekalinya. Masyarakat di Turki demikian perduli , cinta, serta tidak membiarkan hewan-hewan tidak bertuan kelaparan. Jodi Ettenberg, seseorang pengacara di New York yang melepas tugasnya menjadi penulis website lantas berkeliling-keliling dunia memerhatikan beberapa hal menarik, menjelaskan jika dia demikian ingin tahu pada kucing-kucing liar yang hidup bahagia di Turki. Kebanyakan orang disana demikian menghormati kucing, bahkan juga seorang mesti mohon maaf pada Tuhan jika telanjur membunuh seekor kucing dengan bangun satu masjid. Jadi tidaklah heran bila Turki dijuluki menjadi surganya beberapa kucing liar.
Berkaca dari sikap toleransi masyarakat Turki pada binatang, sepantasnya jadi pelajaran buat beberapa orang di luar sana yang masih tetap berburu hewan liar atau menelantarkan hewan-hewan dan menyakiti atau membuatnya komoditas perdagangan ilegal untuk kebutuhan beberapa pelaku yang tidak bertanggungjawab. Seperti jumlahnya masalah pembunuhan hewan liar, salah satunya gajah, untuk dibunuh serta diambil gadingnya. Atau beberapa orang yang masih tetap mengincar kucing atau anjing di jalanan dengan beberapa cara yang sadis untuk lalu dikonsumsi, lepas dari sisi keyakinan atau kultur yang diyakini oleh komune spesifik.
Kenyataan itu pada tingkatan spesifik jadi intimidasi buat kehidupan baik di muka bumi serta dari waktu ke waktu menimbulkan manusia beresiko (human risk). Seseorang tokoh pemikir sosiologi terkenal, Anthony Giddens, sudah memberikan deskripsi kuat mengenai bagaimana manusia membuat risiko-risiko yang merugikan, termasuk juga pada makhluk hidup yang lain.Tingginya dorongan untuk mengakumulasi keuntungan pribadi mengakibatkan manusia kehabisan akal sehatnya serta tunjukkan tingkah laku untuk mengincar atau membunuh hewan-hewan yang tidak berdosa untuk fakta ekonomi dan lain-lain.
Lantas pertanyaan saya, apa kita adalah sisi dari manusia beresiko atau mungkin manusia yang berperan membuat perlindungan makhluk hidup lainnya di seputar kita?